Monday, August 31, 2015

Tjimahi Heritage Trail : Menelisik Romantisme Sejarah Pejuang Cimahi

Tjimahi Heritage
courtesy :  Mochamad Sopian Ansori



Rute Tjimahi Heritage Trail (THT) dimulai dari Alun-alun Cimahi, Tagog, Jalan Margaluyu ( kawasan Kandang Ucal ), Jalan Babakan melintasi Pasar Atas dan kembali ke alun-alun.

Kisah pertempuran di Alun-alun Cimahi mungkin tidak se-epik kisah pertempuran Bandung Lautan Api ( 24 Maret 1946 ) sehingga luput dari catatan sejarah.  Hanya berpedoman pada buku "Prahara Cimahi-Pelaku dan Peristiwa ( 30 Okt 1945 - 28 Mar 1946 ) yang disusun oleh penulis Mayor (purn) SM. Arief sebagai pelaku sejarah, Machmud - pentolan THT dan kawan-kawan mencoba mengajak para peserta untuk kembali menelisik romantisme kepahlawanan pejuang Cimahi.

tjimahi heritage
bekas bangunan apotek ABADI -- Alun-alun Cimahi
Setelah peristiwa Bandung Lautan Api, para pejuang membakar rentetan toko di Jalan Tagog dan sekitarnya. Mereka mencoba melawan sekutu dengan menembaki kamp-kamp konsentrasi sekutu namun mendapat perlawanan sengit berupa tembakan mortir ke arah kawasan Kandang Ucal dan Citeureup.

Menurut Machmud, para pejuang dari Detasemen Abdul Hamid kemudian mundur ke Cisarua. Sedangkan kompi Daeng menuju ke Selatan.

Tjimahi Heritage
bekas bangunan ruko
Menyelusuri kembali rute peristiwa pertempuran tersebut, terus terang agak membuat saya kecewa. Saya pribadi, berharap ada  banyak bangunan lama yang masih bertahan sebagai saksi sejarah. Kecuali bangunan bekas apotek Abadi dan sepenggal bekas loji yang ada kaitannya langsung dengan pertempuran di alun-alun. Bangunan lain cuma bangunan tua yang tidak terlalu istimewah.
Tjimahi heritage

Tapi untunglah ada Machmud dan kawan-kawan dari Komunitas Tjimahi Heritage yang berusaha keras menghidupkan peristiwa tersebut lewat cerita-cerita seru yang tidak membosankan seperti membaca buku sejarah sehingga waktu kurang lebih 4 jam terasa cepat sekali berlalu.
Saya tidak sabaran untuk mengikuti acara Tjimahi Heritage berikutnya.

Wednesday, August 26, 2015

Pekik Kemerdekaan di Gunung Puntang

"Disebut Gunung Puntang, karena tracknya bikin orang terpuntang-panting." - Uncle Seronok
Gunung Puntang
Pahlawan gadis menyelamat anak kecil dari bahaya kebakaran - Bumi Perkemahan Gunung Puntang
Ini adalah tahun kedua saya merayakan hari kemerdekaan di puncak gunung. Tahun pertama saya merayakannya bersama sekelompok anak muda bernama 'Hore' di Gunung Padang - Cianjur. Kali ini bersama KUJ di Gunung Puntang.
gunung puntang
Puncak Mega - Gunung Puntang 2223 mdpl
Rencana awal mau pawai bendera bersama komunitas lain yang saat itu juga sedang kemping di bawah kaki Gunung Puntang. Bawa bendera tapi ngak pakai tiangnya. Tapi karena satu atau dua dan tiga hal, tidak jadi pawai bendera.

Untuk mencapai bumi perkemahan Gunung Puntang, dari Bandung telusuri jalan menuju Soreang. Saat tiba di pertigaan Warung Lobak ambil kanan menuju Banjaran. Setelah sampai di pertigaan kota Banjaran, belok kiri menuju Pangalengan.  Sekitar 5 km kemudian belok kiri lagi setelah ada plang tanda Gunung Puntang.
Gunung Puntang
Bekas reruntuhan loji Belanda, stasiun penyiar pertama dan terbesar di Asia Tenggara

Selain menyimpan jejak petilasan zaman Belanda berupa reruntuhan stasiun penyiaran, terdapat pula gua Belanda yang suka bikin merinding saat masuk ke dalam. Ada curug juga ada juga bekas kolam renang berbentuk hati yang disebut sebagai kolam cinta.
gunung puntang
Kolam Cinta - berbentuk hati.
Kemping di kawasan perkemahan Gunung Puntang boleh di bilang cukup lengkap fasilitasnya. Ada kompleks kamar mandi, dan banyak warung makan. Malam tinggal santai sambil main api ungun. 
Gunung Puntang
Bersama ketua KUJ
gunung puntang
main api ungun
Sebenarnya saya sudah beberapa kali ke sini, tapi selalu gagal sampai ke Puncak Mega. Kali ini bersama KUJ, kita mengambil jalur pos PGPI. 

Seperti yang saya sebutkan di awal, track Gunung Puntan membuat orang terpuntang-panting. Mendekati Puncak Mega, terdapat beberapa track curam dan menanjak  harus dengan bantuan tali. Seperti mengerek bendera, kita harus naik sedikit demi sedikit sambil berpegangan dengan tali.
Gunung Puntang
poto courtesy : KUJ
gunung puntang
Pekik Kemerdekaan di Puncak Mega
gunung puntang
poto courtesy : KUJ
Catatan kaki hiking ke Gunung Puntang : mendaki saat kemarau, ada baiknya bawa masker karena banyak debu dan pasir berterbangan. Musim hujan kemungkinan besar track-nya menjadi lebih sulit karena licin, dan tentu jadi lebih berbahaya.

Monday, August 3, 2015

Uncle's Journey to Noble Silent Part 3

Candi Prambanan - Nov 2014

Di hari pertama, saya sudah melanggar peraturan untuk puasa diam.

Pelatihan dilakukan dengan bahasa Inggris logat India, interpreternya bersuara halus. Audionya juga distel minim. Dan saya pun protes, "Bisa bicara dengan keras? Kalau tidak, saya minta dipindahkan ke barisan depan."

Tentu saja permintaan saya ditolak. Barisan depan khusus untuk old student. Keesokan harinya, sistem audionya sudah lebih kencang dikit.

Hari ketiga kembali saya mengulangi kesalahan yang sama. Saya minta sarung. Dikasih tapi dengan muka masam. Ketika saya melanggar sila 'tidak berbicara' bukan cuma saya sendiri yang bersalah, tapi juga orang yang saya ajak bicara.

Dan karma tidak menunggu waktu yang lama. Di hari kelima, ada seorang engkoh Glodok mencolek-colek pinggang saya sambil sambil memperlihatkan jari telunjuk kemudian jari tengah. Maksudnya mau tanya, saya murid baru atau lama.

Saya pura-pura tak melihat. 

Kembali dia mencolek-colek, kali ini memberi isyarat agar saya melihat ke arah papan pembatas wanita dan pria. Ada sepasang kaki munggil di balik pembatas. Engkoh Glodok kemudian membuat gesture mesum.

Saat pemilik betis munggil berjalan melewati pembatas, si engkoh Glodok terus mengikuti dengan tatapan matanya. Seorang ibu seumuran emak muncul dari balik pembatas. Si engkoh Glodok terhenyak dan saya tak sanggup menahan tawa melihat ekpresi mukanya.

Tawa saya cukup keras. Semua mata melotot ke arah saya. Kali ini saya pasti sudah dicap sebagai uncle tak seronok dan muka saya terasa panas menahan tawa.

Saat meditasi, setiap satu setengah jam asisten guru akan memberikan waktu 5 menit jedah . Saya menyebutnya 'pee time' karena semua orang akan menyerbu toilet.Saat itulah saya merasa karma buruk saya berbuah kembali. 

Ada orang yang menderita kencing manis. Setiap dia selesai menggunakan toilet, tak lama kemudian bekas 'pee' akan dikerumuni oleh semut hitam yang gede-gede. Saya jadi tahu orang ini kencingnya nyemprot kemana-mana. Kerumuman semut tersebut tersebar sesuai bekas urin.  

Karena kejadian itu, saya jadi punya kebiasaan mengintip dulu isi toilet sebelum menggunakannya. Namun ada kejadian yang membuat saya kembali melanggar sila tak berbicara.

Saat saya meloncat keluar dari toilet karena ada serangan semut hitam, orang di belakang saya menerobos masuk. sedetik kemudian dia juga meloncat keluar dan melempar pandangan menuduh.

Tak tahan saya kemudian berteriak, " Bukan saya..."

Haiya! Kembali saya melanggar sila.