Friday, December 4, 2015

Di Balik Lensa : Sang Hyang Heuleut - Padalarang

Saya sering merasa kesulitan untuk menuliskan sebuah catatan perjalanan setelah  mengunjungi suatu lokasi.

Halangan pertama adalah saya malas menulis ulang hal-hal yang sudah ditulis oleh orang lain. Kedua, tidak ada yang unik atau info penting yang harus ditambahkan pada tulisan itu, jadi saya pikir saya akan memposting photo-photo saya dan membiarkan photo itu yang bicara.
Postingan ini merupakan postingan pertama di balik lensa; selanjutnya saya akan mulai posting dengan photo dengan kata-kata yang irit.




Sensasi Ditelan Perut Bumi Gua Siluman



Siap-siap! Satu…Dua…Tiga. Kret!!! Bersamaan dengan terdengar suara tali dikerek, seat harness yang dipasang di pinggang dan pangkal paha saya terasa mulai mengencang. Dengan berpegangan erat pada tali karmantel tubuh saya menggantung di pinggir mulut gua.  Kedua kaki saya melayang-layang di udara. Tepat di bawah kaki saya, gua vertical dengan kedalaman sekitar 20 meter siap menelan saya bulat-bulat. Tiba-tiba saya merasa diri saya seolah-olah berubah menjadi sebuah timba kayu yang dikerek turun untuk menimbah air di dasar sumur tua.  

Tubuh saya meluncur tanpa halangan ke dalam gua. Mata saya buta karena hanya melihat gelap. Kelembaban udara menyergap tubuh dengan aroma gua menusuk hidung.  Suara dari atas perlahan-lahan menjadi senyap. Saya tidak tahu berapa lama saya harus menggantung sampai pada  suatu saat sesuatu meraih kaki saya dari bawah.

Saya merasa lega ketika menyadari sesuatu itu adalah Pak Wa, pemandu yang akan  memimpin pertualangan kami menyelusuri isi perut bumi Gua Buniayu-Sukabumi selama kurang lebih empat jam.
Terletak di Desa Kerta Angsana, kecamatan Nyalindung, Sukabumi, gua ini oleh penduduk sekitar disebut sebagai Gua Siluman. Namun sejak berada dibawah pengawasan Perum Perhutani, nama gua tersebut diganti menjadi Gua Buniayu yang berarti kecantikan yang tersembunyi dalam bahasa Sunda. Sampai saat ini sudah beberapa gua yang ada disekitar  kawasan tersebut berhasil dipetakan, diantaranya Gua Cipicung ( 3.300 m ), Gua Bibijilan ( 717 m ), Gua Adni ( 635 m ), Gua Nyangkut ( 390 m ), Kubang Lanang ( 302 m ) dan beberapa gua lainnya dengan panjang yang lebih pendek dan bervariasi.

Namun untuk kegiatan susur gua ( caving ), Gua Siluman ini dipilih, karena  menawarkan keindahan  alami yang lebih lengkap dengan stalaktit berbentuk tombak dengan stalakmit yang tepat berada di bawahnya, flow stone berbentuk aliran air terjun beku, coloumn pilar, drapery berbentuk seperti ikan hiu, gourdam berbentuk kubah dengan permukaan bertekstur seperti petakan sawah, canopy, serta berbagai ornamen gua yang lebih lengkap dibandingkan gua-gua lainnya. Selain  itu jalur trekking cukup menantang adrenalin namun masih tetap aman untuk pemula.



Setelah semua peserta berhasil mencapai dasar gua vertical dengan teknik SRT ( single rope technigue ), petualangan mendebarkan menyelusuri isi perut bumi pun segera dimulai. Pemandu berjalan di depan dengan lampu karbit sebagai sumber cahaya utama, di belakang, kami berjalan tertatih-tatih menaiki bebatuan besar dan kecil, menurun celah sempit, dan sesekali merangkak menerobos lubang.


Kejutan berikutnya : ada aliran sungai di dalam gua. Menurut penuturan Pak Wa, aliran sungai ini akan bertambah tinggi seiringan dengan bertambahnya debit air pada saat musim hujan. Kadang-kadang sampai menutupi seluruh lorong gua. Kalau ada aliran sungai di bawah lantai gua sudah biasa, maka ada curug berupa aliran air dari celah atas cukup membuat saya takjud.

Beberapa kali Pak Wa berhenti untuk menjelaskan proses terbentuknya gourdam misalnya, atau menunjukkan beberapa stalakmit berbentuk aneh. Salah satunya,  ada yang berbentuk kelamin lelaki. Setelah berjalan sekitar dua jam lebih, tiba-tiba Pak Wa meminta kami semua duduk dan mematikan lampu head-lamp. 

“Sekarang kita berada di lokasi zona gelap abadi. Zona dimana tidak ada seberkas pun intensitas cahaya yang terdapat di dalamnya, jelasnya lebih lanjut. “Mari kita duduk diam sejenak dan membiarkan indera kita bekerja dan merasakan sensasi lain berada di dunia kegelapan.”
   Sumber cahaya terakhir, carbide lamp di helm pun dipadamkan meninggalkan bunyi mendesis yang aneh. Antara mata terpejam dengan mata terbuka, saya tidak bisa membedakannya. Gelap membutakan. Hanya ada satu warna yaitu hitam pekat. Saya merinding saat merasakan berbagai sensasi indera di dalam zona kegelapan abadi. Segala sensasi terasa lebih berat, lebih seram, lebih mencekik. Imaginasi kita bergerak liar dengan berbagai ilusi abstrak yang menakutkan. 

Melanjutkan perjalanan menuju zona lumpur, jalur terakhir sekaligus jalur yang paling sulit. Kedalaman lumpur pada bagian tertentu cuma beberapa sentimeter tapi pada bagian lain bisa mencapai betis. Berjalan di jalur lumpur perlu teknik tertentu karena pijakan terasa lebih berat dan tak jarang harus jatuh bangun. Rute ini dapat ditempuh kurang dari satu jam. Perjalanan berakhir saat kita bertemu dengan sebuah tangga bambu untuk naik keluar gua. Ada rasa lega yang luar biasa saat berhasil mencapai mulut gua dan kembali melihat sinar matahari. Begitulah kira-kira  rasanya ditelan bumi selama empat jam di dalam Gua Siluman, guman saya dalam hati.



Wednesday, October 21, 2015

How to Go to Trio Sanghyang : Poek, Tikoro dan Heuleut

Saya bertanya, Kang Rudy Praja ( Komunitas Ulin Jarambah ) menjawab : 
"Om, saya ga sempat bikin petanya. Gini aja, Om pernah kan ke Stone Garden? Nah, dari sana ambil arah terus ke arah Cianjur, nanti ketemu Pasar Rajamandala. Di Pasar Rajamandala itu ada petunjuk jalan untuk ke PLTA Saguling, yaitu belok kiri...ambil arah itu.
Nanti akan ketemu persimpangan jalan, ambil lurus terus aja yang ada portalnya ( pos satpam ), lewat aja ga apa-apa. Terus nanti ketemu pertigaan lagi, ambil ke kanan...ke arah Indonesia Power ( tanya warung saja kalau ragu, di pertigaan ada warung).
Terus lanjut, nanti ada pertigaan lagi, ambil kiri yang ke arah Indonesia Power. Sanghyang Tikoro, Sanghyang Poek dan Sanghyang Heuleut letaknya /jalan masuknya deket gedung tersebut".
Karena termasuk orang yang disoriented ( tukang nyasar tidak bisa membaca peta ), saya paling kikuk kalau ditanya ,'how to get there'. Dan saya yakin setelah poto saya majang di FB pasti banyak yang bertanya.

Jadi saya copy-paste info dari Kang Rudy Praja, ketua KUJ, yang suka ngejarambah. Semoga bermanfaat! KUJ adalah komunitas non-profit, yang berminat gabung silakan cek fb group.

note : saya meng-endorse KUJ tanpa dibayar alias suka rela

UPDATE : 02 Nov 2015
cek update rute menuju lokasi di link Kang Rudy , ternyata cepat banget perubahannya.

Friday, October 9, 2015

Dag-Dig-Dug Pasar Malam Cibaduyut

Atraksi Ombak Banyu
Baru pertama kali ada orang mengira saya 'wartawan' hanya karena melihat saya menenteng kamera. Dan secara suka rela menawarkan diri untuk diwawancara.

Panggil saja namanya Kosim. Saya memergokin dia sedang meringkuk di sudut kaki bangunan bundar setinggi enam meter dekat tiket-box, sedang  memoleskan bedak foundation. Sedangkan dua orang lagi yang disebut abang 'pembalap' sedang melakukan persiapan di dalam bangunan bundar tong setan.
persiapan sebelum atraksi : mengecek bilah papan bertulisan angka
Pemanasan di bilah papan angka


Saat itu menjelang magrib dan tiket-box masih belum dibuka. Saya memperlihatkan kamera saya kepada Kosim, cowok berbedak, dengan maksud meminta ijin untuk memotonya. 

Dengan antusias dia kemudian memperkenalkan saya kepada kedua 'pembalap' sebagai wartawan. Saya tidak mengkoreksinya, cuma mengatakan dapat tugas dari kantor.






Ini adalah kali pertama saya menonton atraksi Tong-Setan. Terus terang saat diajak ikut masuk ke dalam tong dan ikut melihat persiapan kedua pembalap, dalam hati saya sedikit meragukan 'kehebatan' atraksi tersebut. Paling juga berputar-putar di bilah papan ber-angka yang disusun dengan sudut kemiringan sekitar 45 derajat.
no hands, bro
Seolah-olah bisa membaca pikiran saya, si pembalap yang tidak mau menyebutkan nama itu kemudian menawarkan diri untuk membonceng saya selama atraksi berlangsung. Tentu saja saya menolaknya. Saya takut.

Ternyata kedua pembalap itu tidak berputar-putar di bilah papan miring seperti pikiran saya. Bilah papan itu ternyata hanya berfungsi sebagai starting point untuk meluncur di dinding tong yang berdiri tegak lurus.
bukan mencolek ibu berkerudung, tapi saweran
Memacu motor di dinding vertikal saja sudah cukup membuat saya tak percaya. Apalagi mereka melakukannya tanpa pengaman. Tanpa gimmick berupa tali yang menahan tubuh mereka agar tidak jatuh. Semua itu membuat saya berkali-kali menahan napas sambil dag-dig-dug, dangdutan, jantungku.

Sesekali mereka mendekati penonton di puncak tong sambil mencolek ibu-ibu yang memberi saweran. Kadang duduk semedi di jok motor dengan angkuh. Berkali-kali mempertontonkan aksi nekad no-hand.
bagi saweran

Klimaksnya berupa kebutan zig-zig susul menyusul diantara kedua pembalap yang membuat dinding tong bergetar hebat seperti akan pecah. Penonton menjerit-jerit seperti kesurupan antara kesenangan dan takut. Dan dengan satu hentakan keras pertunjukan diakhiri dengan tukikan tajam ke lantai.

Sampai saat ini juga saya masih  tidak habis pikir bagaimana para pembalap itu mengakali hukum gravitasi bumi. Hal lainnya, saya menolak tawaran dibonceng saat atraksi sudah tepat...Sulit membayangkan apa yang akan terjadi kalau saya menerima tawaran tersebut.

Saturday, October 3, 2015

Si Epon jadi tumbal Jembatan Syphon Pangalengan

jembatan syphon pangalengan
Syphon Tjikuningan - Pangalengan
 Ngeri-Ngeri Sedap di jembatan Syphon:
Jalan-jalan tidak harus selalu ke tempat 'tourist spot' terkenal. Banyak tempat-tempat tersembunyi yang tidak kalah asiknya jika kita mau sedikit nge-jarambah. Selain itu, tidak perlu mengeluarkan uang banyak. 

Misalnya, ada tempat tersembunyi di antara perkebunan teh Malabar - Pangalengan yang disebut jembatan Syphon. Dijamin, tak akan ada yang mengganggap lokasi ini sebagai objek wisata, tempat bunuh diri, mungkin.

Menuruni anak tangga yang sempit ternyata membawa sensasi ngeri-perih-ngilu dengkul. Kalau kita jatuh ke bawah pasti sulit dikenal wujud aslinya lagi.

Jembatan Syphon Pangalengan yang menghubungkan dua bukit ini dulunya merupakan  lokasi aliran air sungai menuju Situ Cileunca yang menjadi sumber air PLTA Cikalong. Dibangun sekitar 1900 tapi sayang tidak ada sumber yang bisa dijadikan referensi tentang lokasi ini.
jembatan syphon pangalengan




Konon cerita, jembatan Syphon ini sudah beberapa kali jebol karena tidak kuat menahan hantaman aliran sungai. Kemudian seorang pengantin muda, cantik dan jelita ( kita anggap sajalah demikian ) diculik dan dijadikan tumbal.

Pengantin yang sungguh 'malang nasibnya dikau' itu bernama Epon, demikian kira-kira asal usulnya kenapa kemudian lokasi ini kemudian disebut jembatan Epon. Dari Epon kemudian di-inggriskan menjadi Syphon, atau karena sebab lain, saya kurang jelas.

Demikianlah kisah sedih si Epon yang jadi tumbal jembatan Syphon Pangalengan.
jembatan syphon, pangalengan





Tuesday, September 15, 2015

No More Situ Cisanti

Situ Cisanti Pangalengan
nemu ginian di Situ Cisanti

Curug Cisanti : Yes or No
Menurut saya ada beberapa tempat yang terlalu dihebohkan secara berlebihan berkat medsos, misalnya Tebing Keraton - Bandung. Sekarang ada Situ Cisanti - Pangalengan yang masuk kategory yang sama. Saya menyebutnya 'no-more list'.
situ cisanti, pangalengan
pinggir danau bertebaran sampah, air keruh berbuih


Lima tahun yang lalu saat pertama kali ke Situ Cisanti bersama Aleut, saya masih bisa bilang tempat ini oke, walaupun bukan termasuk tempat yang wajib dikunjungi. 

Tapi saat pergi bersama KUJ-komunitas Ulin Jarambah, minggu kemarin (13/09) saya dengan berat mengatakan tempat ini cukup menyedihkan. Sampah, air keruh berbuih dan ada aroma tahu goreng seperti kedele busuk bertebaran.
situ cisanti pangalengan
kemping dan hammock-an di tepi danau
Sejelek itukah? Tanya kamu. Tidak juga, jawab saya. Saya cuma mengatakan  apa yang dihebohkan medsos sering tidak sesuai aktualnya. Yang bagus banget di photo belum tentu sebagus itu saat dilihat dengan mata telanjang.
situ cisanti, pangalengan

Yang tampak bagus di poto,ya, karena memang sudah dipilih-pilih angle-nya, komposisinya, dan pencahayaannya sudah disetting semua. Moral story-nya : jangan percaya apa yang tampak di photo.
situ cisanti, pangalengan
jarambah bersama KUJ

Wednesday, September 9, 2015

Ada Apa Dengan Pulau Karang Bongkok

Pulau karang bongkok
Pulau Karang Bongkok - Kepulauan Seribu

Pernahkah mendadak dapat firasat 'akan terjadi sesuatu' yang tidak diinginkan saat mengunjungi tempat baru? Katakanlah tempat tersebut adalah hutan, gunung, atau bangunan tua? Dalam kasus ini adalah pulau kecil bernama Pulau Karang Bongkok di Kepulauan Seribu.  

Setelah menempuh perjalanan sekitar  satu jam dari Pulau Pramuka, pulau ini memberi kesan terpencil dan terlantar. Dermaga kayu sebagian sudah rusak sehingga tidak bisa digunakan. Sebuah rumah tak berpenghuni berdiri di depan. Di samping kanan ada bangunan penampungan air berbentuk pura. Bangunan tak berpenghuni ini juga senasib, sebagian besar sudah rusak. 
pulau karang bongkok, kepulau seribu
Karena dermaga kayu cukup berbahaya digunakan, terpaksa harus jalan di air menuju pulau.

Ada peristiwa apa sehingga pulau Karang Bongkok ini kemudian ditinggalkan penghuninya. Misterius. Kesan itu yang saya rasakan. Tidak ada firasat akan terjadi peristiwa yang membuat saya harus menahan kencing semalaman karena stress ( alias takut ). Yang pernah nahan kecing pasti tahu rasanya seperti apa. Ngilu!
pulau karang bongkok, kepulauan seribu
bakau muda di bagian barat pulau

Karena tertalu lama istirahat di Pulau Pramuka, acara snorkeling yang rencananya mengunjungi beberapa spot terpaksa dipercepat dan kembali ke Pulau Karang Bongkok untuk mendirikan tenda.

pulau karang bongkok, kepulauan seribu
Kesempatan tersebut digunakan untuk menjelajah isi pulau, di bagian belakang terdapat hamparan bakau muda dan terdapat banyak ikan-ikan di sela-sela tumbuhan tersebut. Pada sisi selatan, hamparan pasir putih menjadi rumah sekelompok bintang laut.
kepulauan seribu, pulau karang bongkok
menu makan malam : ayam bakar

Saat menunggu makan malam, tetiba salah seorang perempuan menangis histeris minta pulang. Saya bergidik, adegan film horor 'the exorcist' langsung terbayang. Sambil menghempaskan tubuhnya, perempuan itu menghantamkan kepalanya terus menerus ke tanah. Saat itu kalau tidak dicegah kemudian besar perempuan itu akan mencederai dirinya sendiri.
pulau karang bongkok, kepulauan seribu

Tangis histeris berlangsung cukup lama. Setelah agak tenang wanita itu kemudian bercerita. Ia melihat sesuatu 'penampakan' yang sedang mengintip dia saat mandi. Penampakan tersebut ternyata cukup serem sehingga dia shock, ketakutan sehingga histeris.

Bagaimana wujud penampakan tersebut, tak seorang pun berani mencari tahu.

Catatan kaki Pulau Karang Bongkok:
Ada yang meminta lihat photo saat perempuan itu histeris. Tentu saja saya jawab saya tidak punya. Tidak etis saya mengambil photo perempuan itu pada saat kejadian. Percaya atau tidak -- saya tidak peduli. Lagi pula, emangnya lu siapa sampai saya harus bela-belain membuktikan cerita saya lewat photo.

Plisss....deh!