Lembang heritage dalam upaya mencari akar Jayagiri. Sebuah warisan sejarah / heritage tidak harus selalu berupa bangunan kuno peninggalan jaman kolonial yang super megah dan sarat sejarah. Atau wajib memiliki potensi untuk diolah sebagai objek wisata bernilai ekonomis tinggi.
Menurut saya, sebuah warisan sejarah bisa berwujud apa saja. Bisa cuma berupa sebuah lempengan nomor rumah dari logam, sebuah kuburan tak terawat dan terjepit di antara padatnya rumah penduduk, sebuah tugu peringatan sederhana, sebuah photo tua, sepenggal catatan diari, atau cuma berupa untaian cerita samar yang diam-diam masih dikenang oleh beberapa orang dengan penuh perasaan.
Warisan heritage bisa juga tak kasat mata, tak berwujud bangunan fisik atau nir-raga. Misalnya, semangat untuk mencari sebuah akar. Asal-usul suatu daerah, tempat kita tinggal. Semangat seperti itulah yang meninggalkan kesan mendalam pada diri saya saat mengikuti acara komunitas Lembang Heritage - Jayagiri, Minggu - 01 Mei yang lalu. Semangat seperti ini menurut saya juga sebuah heritage.
bekas klinik malaria era tahun 1920-an di kampung Bewak |
Ibarat pohon tercabut akarnya, orang yang melupakan sejarah adalah orang yang kehilangan jadi diri.
Lembang Heritage : Mengungkap asal mula Jayagiri
Ada yang tahu di mana tepatnya letak alun-alun Lembang? Kaget ngak, kalau saya bilang pendopo di alun-alun Lembang terbuat dari abu gosok? Bangunan pendopo yang berada tepat di belakang lapangan terbuka alun-alun itu sekarang cuma digunakan untuk berbagai acara seremonial saja.
Tidak seperti umumnya sebuah pendopo yang terbuka, pendopo Lembang lebih mirip bangunan biasa dengan keempat sisinya tertutup dinding dengan jendela-jendela besar. Diperkirakan suhu udara Lembang pada jaman dulu terlalu dingin untuk memungkinkan sebuah pendopo dibangun terbuka tanpa dinding.
pendopo : saya kira bentuk aslinya tidak seperti ini |
Ada yang tahu, sebuah bangunan tak berpenghuni yang tepat berada di samping puskesmas Desa Jayagiri itu dulunya adalah sebuah klinik malaria? Pada jaman dulu, fasilitas klinik cukup sederhana. Bivak digunakan sebagai tenda darurat rawat inap bagi pasien malaria. Saat wabah malaria melanda, diperkirakan halaman klinik penuh dengan bivak-bivak. Mungkin karena begitu banyaknya bivak maka sebuah kampung di sekitar bekas klinik malaria itu sekarang bernama kampung Biwak. Bivak atau biwak?? Pengucapan mana yang benar?
Bicara soal malaria -- berdosa rasanya kalau sedang berada di Jayagiri tapi tidak mengunjungi Taman Junghuhn.
Dia adalah orang yang secara sadar sengaja memilih jalan setapak yang sepi demi mengejar hasrat dan cintanya terhadap ilmu pengetahuan, gunung, dan hutan yang terdapat di Priangan. Sama halnya dengan jalan hidup yang telah dipilihnya, taman Junghuhn, tempat peristirahatan terakhirnya kini juga sepi pengunjung.
Andai kata lelaki penabur benih kina itu bisa bicara, ingin rasanya saya bertanya. Pernahkah terbersit dalam hati, sedikit saja penyesalan ketika mengetahui bahwa tempat peristirahatan terakhirnya saat ini tidak terawat. Semua hanya karena ada konflik kepemilikan?
Setelah apa yang telah dia lakukan bagi kepentingan umat manusia, tidakkah menurut kamu, lelaki itu pantas mendapat sedikit saja penghargaan mendalam dan rasa hormat dari kita? Karena dia adalah dr. Franz Wilhem Junghuhn, Bapak Kina dunia. Tak seharusnya tempat peristirahatan terakhirnya memperoleh perlakuan seperti itu.
Saat berkunjung ke sana bersama komunitas Lembang Heritage, ada plang papan pemberitahuan bahwa rumah / tanah tersebut untuk dijual. Dalam hati, saya sedih. Saya yakin salah satu dari sedikit akar yang tertinggal di tanah Jayagiri, sebentar lagi akan kembali tercabut dari tempatnya.
Namun saat menyadari ada sekelompok orang, seperti komunitas lembang heritage, Tjimahi heitage dan komunitas lain yang berkerja siang malam mengumpulkan kepingan catatan baik dari sumber literatur tertulis maupun dari perbincangan lisan dengan pelaku sejarah. Saya merasa optimis.
Masih ada harapan.
Saya percaya. Sebuah warisan pusaka / heritage tidak harus selalu berbentuk fisik seperti bangunan megah peninggalan kolonial, serta potential dikembangkan sebagai objek wisata. Sebuah warisan heritage bisa saja nir-raga. Tak berbadan fisik seperti semangat membara untuk mencari akar jati diri.
Lembang heritage dalam upaya mencari akar Jayagiri.
Disclaimer :
Dia adalah orang yang secara sadar sengaja memilih jalan setapak yang sepi demi mengejar hasrat dan cintanya terhadap ilmu pengetahuan, gunung, dan hutan yang terdapat di Priangan. Sama halnya dengan jalan hidup yang telah dipilihnya, taman Junghuhn, tempat peristirahatan terakhirnya kini juga sepi pengunjung.
Andai kata lelaki penabur benih kina itu bisa bicara, ingin rasanya saya bertanya. Pernahkah terbersit dalam hati, sedikit saja penyesalan ketika mengetahui bahwa tempat peristirahatan terakhirnya saat ini tidak terawat. Semua hanya karena ada konflik kepemilikan?
Setelah apa yang telah dia lakukan bagi kepentingan umat manusia, tidakkah menurut kamu, lelaki itu pantas mendapat sedikit saja penghargaan mendalam dan rasa hormat dari kita? Karena dia adalah dr. Franz Wilhem Junghuhn, Bapak Kina dunia. Tak seharusnya tempat peristirahatan terakhirnya memperoleh perlakuan seperti itu.
makam rekan Junghuhn yang tak kalah malangnya nasib dikau kini |
Lembang Heritage : Masih adakah yang Peduli?
Ketika kepentingan ekonomis menjadi prioritas utama, masih adakah yang peduli dengan akar? Sejarah? Masa lalu? Tiga buah rumah pertama kota Lembang ini terletak di Jayagiri. Bumi Lebak, Bumi Tengah dan Bumi Tonggoh, demikian penduduk sekitar menyebutnya, kini terancam hilang.Saat berkunjung ke sana bersama komunitas Lembang Heritage, ada plang papan pemberitahuan bahwa rumah / tanah tersebut untuk dijual. Dalam hati, saya sedih. Saya yakin salah satu dari sedikit akar yang tertinggal di tanah Jayagiri, sebentar lagi akan kembali tercabut dari tempatnya.
rumah pertama di Jayagiri |
Masih ada harapan.
Saya percaya. Sebuah warisan pusaka / heritage tidak harus selalu berbentuk fisik seperti bangunan megah peninggalan kolonial, serta potential dikembangkan sebagai objek wisata. Sebuah warisan heritage bisa saja nir-raga. Tak berbadan fisik seperti semangat membara untuk mencari akar jati diri.
Lembang heritage dalam upaya mencari akar Jayagiri.
suasana pemakaman Jayagiri |
- Saya menyadari pengetahuan saya serba minimalis -- kesalahan penyebutan nama, tempat, waktu ataupun data yang ada dalam tulisan saya yang tidak tepat mohon dikoreksi. Penambahan fakta / update selalu diterima dengan tangan terbuka
- Tulisan saya adalah opini saya pribadi semata-mata pada saat tulisan ini dibuat. Saya tidak mewakili etnis / agama dan golongan tertentu dan tidak bermaksud / sengaja untuk menyerang siapa pun.
0 Response to "Lembang Heritage : Dalam Upaya Mencari akar Jayagiri"
Post a Comment