Dag-Dig-Dug Pasar Malam Cibaduyut

Atraksi Ombak Banyu
Baru pertama kali ada orang mengira saya 'wartawan' hanya karena melihat saya menenteng kamera. Dan secara suka rela menawarkan diri untuk diwawancara.

Panggil saja namanya Kosim. Saya memergokin dia sedang meringkuk di sudut kaki bangunan bundar setinggi enam meter dekat tiket-box, sedang  memoleskan bedak foundation. Sedangkan dua orang lagi yang disebut abang 'pembalap' sedang melakukan persiapan di dalam bangunan bundar tong setan.
persiapan sebelum atraksi : mengecek bilah papan bertulisan angka
Pemanasan di bilah papan angka


Saat itu menjelang magrib dan tiket-box masih belum dibuka. Saya memperlihatkan kamera saya kepada Kosim, cowok berbedak, dengan maksud meminta ijin untuk memotonya. 

Dengan antusias dia kemudian memperkenalkan saya kepada kedua 'pembalap' sebagai wartawan. Saya tidak mengkoreksinya, cuma mengatakan dapat tugas dari kantor.






Ini adalah kali pertama saya menonton atraksi Tong-Setan. Terus terang saat diajak ikut masuk ke dalam tong dan ikut melihat persiapan kedua pembalap, dalam hati saya sedikit meragukan 'kehebatan' atraksi tersebut. Paling juga berputar-putar di bilah papan ber-angka yang disusun dengan sudut kemiringan sekitar 45 derajat.
no hands, bro
Seolah-olah bisa membaca pikiran saya, si pembalap yang tidak mau menyebutkan nama itu kemudian menawarkan diri untuk membonceng saya selama atraksi berlangsung. Tentu saja saya menolaknya. Saya takut.

Ternyata kedua pembalap itu tidak berputar-putar di bilah papan miring seperti pikiran saya. Bilah papan itu ternyata hanya berfungsi sebagai starting point untuk meluncur di dinding tong yang berdiri tegak lurus.
bukan mencolek ibu berkerudung, tapi saweran
Memacu motor di dinding vertikal saja sudah cukup membuat saya tak percaya. Apalagi mereka melakukannya tanpa pengaman. Tanpa gimmick berupa tali yang menahan tubuh mereka agar tidak jatuh. Semua itu membuat saya berkali-kali menahan napas sambil dag-dig-dug, dangdutan, jantungku.

Sesekali mereka mendekati penonton di puncak tong sambil mencolek ibu-ibu yang memberi saweran. Kadang duduk semedi di jok motor dengan angkuh. Berkali-kali mempertontonkan aksi nekad no-hand.
bagi saweran

Klimaksnya berupa kebutan zig-zig susul menyusul diantara kedua pembalap yang membuat dinding tong bergetar hebat seperti akan pecah. Penonton menjerit-jerit seperti kesurupan antara kesenangan dan takut. Dan dengan satu hentakan keras pertunjukan diakhiri dengan tukikan tajam ke lantai.

Sampai saat ini juga saya masih  tidak habis pikir bagaimana para pembalap itu mengakali hukum gravitasi bumi. Hal lainnya, saya menolak tawaran dibonceng saat atraksi sudah tepat...Sulit membayangkan apa yang akan terjadi kalau saya menerima tawaran tersebut.

0 Response to "Dag-Dig-Dug Pasar Malam Cibaduyut "

Post a Comment