Beautiful China Performance Tour

Pertunjukan Tai Qi  diiringi permainan alat musik tradisional

Kamis, 17 November 2016 : makan malam gratis di Maranatha sambil menunggu pagelaran seni tari dan lagu dari Hanban - Confusius Institute yang dibawakan oleh Central China Normal University. 

Secara resmi pemerintah Tiongkok cuma mengakui adanya 56 suku bangsa di Tiongkok termasuk suku Tibet dan Taiwan. Dibandingkan dengan suku etnis yang ada di Indonesia yang berjumlah 300 kelompok etnis atau tepatnya ada sekitar 1.340 suku bangsa ( menurut sensus BPS tahun 2010 ) -- maka  kekayaan budaya Indonesia sudah tentu jauh lebih kaya dan  beragam.

Tapi, seberapa banyak kita mengenal kekayaan budaya kita sendiri? Malam itu setelah menonton pagelaran Beautiful China Performance, saya membayangkan alangkah nikmatnya kalau di Bandung ada tempat yang mengadakan pertunjukan serupa setiap malam minggu. Minggu pertama misalnya, ada pertunjukan seni tari dari daerah Aceh. Minggu berikutnya dari  Papua, Minang, dan seterusnya.

pertunjukan tari tradisional yang kocak

Saya mengakui saya mengenai Tiongkok lewat film dari Hongkong dengan film adu jotos gaya mafia dan film kungfu bergaya klasik. Tapi semua  itu, sama sekali tidak menggambarkan kebudayaan Tiongkok yang sesungguhnya.

nyanyian duo suku tujia yang memukau

Tahu JiangJiaJie? Lokasi pegunungan tempat pengambilan film avatar. Dan sekarang semakin ngetop dengan jembatan kaca tembus pandang di ketinggian gunung. Lokasi ini adalah salah satu list 'wajib' datang saya kalau kalau jalan-jalan ke Tiongkok.

Pagelaran dimulai dengan nyanyian tradisonal dari suku Tujia, salah satu suku terbesar di daerah JiangJiaJie. Nyanyian sangat dekat dengan suku ini mengingat ada ritual pernikahan yang dimulai dengan nyanyian. Jika seorang pria ingin melamar maka dia harus menyanyi. Jika suaranya merdu maka lamaran diterima.   Kalau kebetulan bersuara jelek? Nasib. Sang pria harus magang di keluarga perempuan selama 9 tahun sebelum diterima. Waduh!!!

Tarian gadis petani

Tata panggung sangat sederhana, didominasi visual gambar bergerak yang diprojeksikan ke layar lebar di belakang panggung. Jika Anda pernah menyaksikan pertunjukan seni di Tiongkok tentunya tidak akan heran. Yang menjadi masalah -- kalau kebetulan Anda seorang photographer, maka keberadaan layar lebar di belakang akan terasa mengganggu saat di zoom.  Pecah, Bro, gambarnya.  Piksel yang gede-gede terasa jelek sekali di background.

bukan opera beijing 

Secara keseluruhan ada total 14 pertunjukan seni tari tradisional dan lagu yang berlangsung secara cepat dan berselang-seling, bahkan tanpa harus mengerti bahasanya, kita tetap bisa menikmati pagelaran tersebut. Sampai suatu ketika saya tersentak kaget. Dalam hati saya berkata, " Hah? Seni tari India juga dianggap sebagai kebudayaan Tiongkok?"

Tari India berasal dari suku Tiongkok?

Empat gadis berkucir panjang melenggak-lenggok dengan diiringi lagu India - nehi-nehi dangdut. Tambah seru lagi ketika ada juga tarian yang menyerupai tarian dari Timur Tenggah. Lah, kok bisa. Karena penasaran saya browsing tentang suku-suku etnis China. Ternyata ada Uigur, suku Tajik, Uzbek, Eulosi dari Rusia. Dari sekian banyak suku etnis minoritas tersebut pastilah ada yang mirip-mirip dengan apa yang kita tahu selama ini.

tarian bunga teratai dengan jumlah penari terbanyak

Beberapa tarian yang potonya tidak berhasil diambil seperti tarian ular putih dan ular hijau ( kenal dengan legenda ular putih bukan? ) Terus ada tarian solo yang diangkat dari cerita tradisional tentang burung bangau. Taichi diiringi musik tradisional dengan permainan golok. 

adaptasi dan gabungan tari modern dan tradisional

Pertunjukan diakhiri dengan tarian marathon pendek dari berbagai jenis tari yang mengundang tepuk tangan puas dari penonton. Walaupun terasa kurang maksimal -- tapi tetap harus diapresiasi mengingat para penari dan penyanyi semuanya adalah para mahasiwa dari Central China Normal University. Mereka bukan penari profesional.

tarian penutup berupa gabungan berbagai tarian durasi pendek

Tweet