Hiking ke Gunung Semeru ( Day 05 - Mountain Sickness )

courtesy Golden Blink

Pernah dengar altitude sickness?

Awalnya saya tidak menyangka bakalan diserang mountain sickness. Dengarnya juga baru belakangan ini. Penyakit ini dikenal juga sebagai altitude sick yang terjadi karena ketidakmampuan tubuh untuk beradaptasi dengan kondisi alam di pegunungan. Tekanan udara dan kadar oksigen yang semakin rendah menyebabkan tubuh kekurangan oksigen.

Saat berada di puncak Gunung Papandayan ( 2665 mdpl ) tidak ada masalah. Saya masih ketawa-ketiwi. Lebih tinggi lagi, Gunung Gede (2958 mdpl ), saya tetap tidak mengalami kesulitan.

courtesy Golden Blink

Tapi 50 meter sebelum mencapai puncak Gunung Semeru ( 3676 mdpl ) saya mulai mengalami gejala mual-mual, jantung pindah ke kepala karena berdenyut-denyut kencang di sana. Saat berdiri langsung terasa seperti mabuk laut.

Dari awal pendakian saya masih berada di rombongan pertama, sekarang saya tercecer sendiri di rombongan akhir. Saya tidak sanggup mengikut kecepatan mereka sehingga banyak duduk istirahat. Dugaan awal  karena dehidrasi dan kehabisan tenaga.

Bayangkan butuh sekitar 8 jam untuk sampai ke puncak Mahameru. Udara berpasir menambah parah siatuasi, tak jarang pasir masuk ke mulut. Saat minum terasa ada tekstur 'kres-kres' seperti menelan obat. Pahit. Mau tidak mau berkali-kali harus meludah. Cis...Cis...Cis.

Setelah lama beristirahat saya memaksakan diri ke puncak. Begitu sampai, hal pertama yang saya cari adalah makanan. Sekedar menganjal perut supaya tidak terlalu kosong kemudian kembali duduk saja.

Saat berdiri kembali saya diserang mabuk. Kali ini lebih parah sehingga saya terjongkok sambil oek..oek...tapi tidak ada isi yang keluar. 

Anehnya setelah turun gunung, gejala itu menghilang dengan sendirinya. Saat ditanya apakah saya sakit saat di atas, saya jawab, "lupa tuh."

Saya benar-benar lupa sampai kemudian saya membaca sebuah artikel tentang mountain sickness. Aha...ternyata gejalanya sama seperti yang saya alami.

 

Tweet