Hari itu saya menguntit cewek cantik berambut maskulin.
Saat itu Minggu siang, ( 21/02/16 ) sekitaran jam 2 siang saya bersama komunitas ulin jarambah yang baru turun gunung dari Curug Sawer Cililin berkumpul di gedung bekas stasiun radio Nirom.
Sebagai orang yang disoriented, tidak pintar baca peta, serta tukang nyasar, saya binggung bagaimana caranya mau pulang. Kemudian saya memutuskan untuk bareng yang pulang ke arah Cimahi.
Tapi ada yang bilang kenapa tidak pulang lewat Soreang saja. Lebih dekat, katanya. Kalau ada yang pulang lewat Soreang, kenapa tidak! Masalahnya siapa yang pulang lewat sana?
Jadi hari itu saya memutuskan secara sepihak untuk menguntit cewek cantik berambut maskulin. Karena dia satu-satunya yang mengambil rute ke sana.
Tubuh boleh kecil, tapi bawa motornya nga pake nyicil. Ngebut habis. Beberapa kali saya hampir kehilangan bayangannya. Kadang saat berhenti di lampu merah, tubuhnya tenggelam di antara di kerumunan pemotor berbadan badak. Dari belakang saya cuma bisa melihat sepotong bahu ditempel tas backpack coklat tergantung miring.
Saat mendekati persimpangan lampu merah Batujajar, saya dilanda kebinggungan. Apakah saya mengikuti yang lain ke Cimareme atau belok lewat Kerkoff saja. Pilihan kedua sepertinya lebih aman -- saya pernah pulang-pergi lewat sana.
Tapi si cewek cantik berambut maskulin itu tidak memberi saya kesempatan untuk memutuskan. Setelah lampu hijau dia langsung melonjak memacu motornya seperti kijang.
Otomatis saya pun mengejar dia ke daerah asing yang baru pertama kali saya lintasi. Plang papan menunjuk arah stadium jalak harupat, tapi dia belok ke kanan dan menjauh tempat itu.
Cuaca mendung, hujan tanggung. Saya menguntit dengan ketat tapi tak mampu mendekat. Cewek berambut maskulin meliuk-liuk menerobos jalan kecil menuju persawahan, menuju kompleks perumahan asing lalu keluar memotong jalan menuju desa.
Hari semakin mendung. Senja gelap perlahan datang merayap. Dan dia tak jua melambat. Bagaimana kalau saya tersesat? Di siang bolong saja saya tidak bisa hapal rute jalan apalagi kalau malam gelap.
Saya benar-benar khawatir.
Keluar dari perkampungan, saya melihat cewek berambut maskulin itu semakin memacu kendaraannya. Kali ini melewati jalan kecil jarang orang lewat. Tak lama kemudian kembali memasuki kompleks perumahan dan detik itu saya mendapat firasat ada sesuatu yang salah.
Saya menambah kecepatan motor. Pada jarak sekitar dua meteran cewek cantik itu menerobos masuk ke dalam sebuah gang kecil di samping masjid. Gang itu sedemikian kecilnya sehingga untuk pertama kalinya ia memacu motor dengan pelan.
Saya sadar ada sesuatu yang tidak pada tempat. Saya mematikan motor dan memperhatikan dari tengah jalan kecil itu. Di depan mata, cewek itu kemudian masuk ke dalam sebuah rumah.
Saya tersentak dan hampir tertawa ketika menyadari saya telah melakukan kesalahan. Saya telah menguntit cewek cantik itu sampai ke rumahnya. Parahnya saya tidak tahu lokasinya.
Pelan-pelan saya memundurkan motor keluar gang.
"Ikuti jalan besar. Jangan belok-belok sampai ketemu jalan raya. Ambil kanan kalau mau ke Katapang." kata orang yang saya tanya.
Jalan raya tersebut adalah jalan terusan kopo. Saya lega karena megenal angkot hijau jurusan kalapa-soreang yang melaju di jalan tersebut. Karena linglung saya putar ke arah kanan sesuai petunjuk. Ke Katapang lah saya pergi.
Setelah beberapa saat kemudian, saya tahu seharusnya saya ambil arah berlawanan menuju kopo bukan kapatang. Masa saya ke Soreang lagi....Rumah makin jauh dong!!!
Jadi hari itu saya memutuskan secara sepihak untuk menguntit cewek cantik berambut maskulin. Karena dia satu-satunya yang mengambil rute ke sana.
Tubuh boleh kecil, tapi bawa motornya nga pake nyicil. Ngebut habis. Beberapa kali saya hampir kehilangan bayangannya. Kadang saat berhenti di lampu merah, tubuhnya tenggelam di antara di kerumunan pemotor berbadan badak. Dari belakang saya cuma bisa melihat sepotong bahu ditempel tas backpack coklat tergantung miring.
Saat mendekati persimpangan lampu merah Batujajar, saya dilanda kebinggungan. Apakah saya mengikuti yang lain ke Cimareme atau belok lewat Kerkoff saja. Pilihan kedua sepertinya lebih aman -- saya pernah pulang-pergi lewat sana.
Tapi si cewek cantik berambut maskulin itu tidak memberi saya kesempatan untuk memutuskan. Setelah lampu hijau dia langsung melonjak memacu motornya seperti kijang.
Otomatis saya pun mengejar dia ke daerah asing yang baru pertama kali saya lintasi. Plang papan menunjuk arah stadium jalak harupat, tapi dia belok ke kanan dan menjauh tempat itu.
Cuaca mendung, hujan tanggung. Saya menguntit dengan ketat tapi tak mampu mendekat. Cewek berambut maskulin meliuk-liuk menerobos jalan kecil menuju persawahan, menuju kompleks perumahan asing lalu keluar memotong jalan menuju desa.
Hari semakin mendung. Senja gelap perlahan datang merayap. Dan dia tak jua melambat. Bagaimana kalau saya tersesat? Di siang bolong saja saya tidak bisa hapal rute jalan apalagi kalau malam gelap.
Saya benar-benar khawatir.
Keluar dari perkampungan, saya melihat cewek berambut maskulin itu semakin memacu kendaraannya. Kali ini melewati jalan kecil jarang orang lewat. Tak lama kemudian kembali memasuki kompleks perumahan dan detik itu saya mendapat firasat ada sesuatu yang salah.
Saya menambah kecepatan motor. Pada jarak sekitar dua meteran cewek cantik itu menerobos masuk ke dalam sebuah gang kecil di samping masjid. Gang itu sedemikian kecilnya sehingga untuk pertama kalinya ia memacu motor dengan pelan.
Saya sadar ada sesuatu yang tidak pada tempat. Saya mematikan motor dan memperhatikan dari tengah jalan kecil itu. Di depan mata, cewek itu kemudian masuk ke dalam sebuah rumah.
Saya tersentak dan hampir tertawa ketika menyadari saya telah melakukan kesalahan. Saya telah menguntit cewek cantik itu sampai ke rumahnya. Parahnya saya tidak tahu lokasinya.
Pelan-pelan saya memundurkan motor keluar gang.
"Ikuti jalan besar. Jangan belok-belok sampai ketemu jalan raya. Ambil kanan kalau mau ke Katapang." kata orang yang saya tanya.
Jalan raya tersebut adalah jalan terusan kopo. Saya lega karena megenal angkot hijau jurusan kalapa-soreang yang melaju di jalan tersebut. Karena linglung saya putar ke arah kanan sesuai petunjuk. Ke Katapang lah saya pergi.
Setelah beberapa saat kemudian, saya tahu seharusnya saya ambil arah berlawanan menuju kopo bukan kapatang. Masa saya ke Soreang lagi....Rumah makin jauh dong!!!
Haduh!! Dasar disoriented linglung parah.
Ada yang punya pengalaman yang sama ?
catatan kecil : saya tidak tahu apakah cewek cantik berambut maskulin itu sadar bahwa dia telah di-stalking sejak dari Cililin. Saya punya pikiran, jangan-jangan dia sadar makanya dia ngebut kemudian buru-buru nyumput.
0 Response to "Menguntit Cewek Cantik Berambut Maskulin"
Post a Comment