Replika fosil gajah purba asal Blora- Jateng |
Seekor mamut muda yang hidup pada jaman Pleistosan sejak 1,6 juta tahun yang lalu berdiri menyambut pengunjung acara 'Night at Museum', (Sabtu malam 13/02) dari ruang orientasi bagian tengah lantai satu. Dengan tinggi 4 meter dan panjang 5 meter mamut itu tampak menakutkan bagi seorang gadis kecil yang segera menyembunikan mukanya ke pantat sang ibu.
Dari sisi kiri mamut, sebuah tv layar lebar menayangkan berbagai kegiatan geologi dan acara museum dalam bentuk animasi yang cukup menarik. Malam itu sedang ada acara peluncuran tiga album geologi sehingga pengunjung tampak lebih ramai dari biasanya.
sumber : museum geologi |
Cukup dengan harga tiket masuk Rp 3,000 saja, 120 pengunjung pertama memiliki kesempatan memperoleh salah satu album geologi di atas serta wisata malam menikmati koleksi museum geologi tentunya.
Acara peluncuran album dibuka dengan penampilan live-music, kata sambutan dan tentu saja kata pengantar penulis yang berlangsung kurang lebih dua jam. Selanjutnya waktu yang tersisa bisa digunakan untuk keliling museum.
Dari bagian orientasi saya memulai pertualangan saya dari ruang sayap timur yang disebut sebagai ruangan sejarah kehidupan. Di ruangan ini kita bisa menyaksikan sejarah pertumbuhan serta perkembangan makhluk yang mendiami bumi mulai dari tahap primitif menuju modern.
salam : Roarrrr....dari T-Rex Osborn |
Terdapat banyak panel gambar di dinding yang merekam informasi keadaan bumi berjuta-juta tahun yang lalu. Sebagian terekam dalam bentuk koleksi fosil-fosil reptilia yang menguasai jaman Mesozoitikum. Reptilia ini diwakili oleh replika fossil T-Rex Osborn, reptil pemakan daging yang panjangnya bisa mencapai 19 meter.
fosil badak, kuda nil, kerbau dan gajah |
fosil tengkorak manusia purba |
Di Indonesia evolusi mamalia jaman Tersier (6.5 - 1 juta tahun yang lalu ) dan Kuarter ( 1 juta - sekarang ) terekam dengan baik dalam bentuk fosil kerbau, kuda-nil, banteng dan gajah pada lapisan tanah yang tersebar di pulau Jawa.
Fosil jelangkong manusia purba Homo erectus yang ditemukan di Indonesia dipamerkan dalam bentuk replika yang tersimpan dalam rak kaca setinggi pinggang. Untuk mencirikan perkembangan kebudayaan purba dari waktu ke waktu berbagai artefak yang dipergunakan manusia purba diperagakan dalam bentuk maket.
Dari ruang ini saya kemudian menuju ruang sayap barat yang dikenal sebagai ruang geologi Indonesia. Ruang ini terdiri dari berbagai bilik yang menyajikan informasi mengenai proses terbentuknya bumi serta sistim tata surya.
menonton proses terbentuknya tata surya |
penampang planet bumi |
Selain pemutaran film terdapat juga berbagai maket yang menyajikan gerakan lempeng kulit bumi yang membentuk tatanan tektonik regional Indonesia.
Dari bilik lain, berbagai jenis batuan beku, sendimen, malihan, mineral susunan batu kristalogi ditunjukan dalam bentuk aslinya. Peragaan dalam bentuk aslinya cukup istimewah.
suer, asli loh |
Asli! jadi pingin congkel sepotong |
jadi ingat sama manusia baja 'superman' |
disimpan dalam rak kaca |
Masih dalam bilik yang sama, kegiatan penelitian geologi, peralatan dan perlengkapan yang dipakai berserta hasilnya dipertunjukkan dalam bentuk peta dan sebagian tersimpan rapi dalam lemari kaca.
Karena museum ditutup jam 10 malam, saya tidak memiliki kesempatan untuk naik ke lantai dua. Konon, lantai dua tersebut digunakan sebagai ruang staff, sisanya digunakan sebagai peraga yang dikenal sebagai ruangan geologi untuk kehidupan manusia.
Terdapat maket pertambangan emas terbesar di dunia yang terletak di pegunungan Irian Jaya, bekas tambang Ertsberg yang merupakan situs geologi dan tambang dan berbagai miniatur menara pemboran minyak.
note : buku 'Kalder Tengger' tidak jadi diluncurkan bersamaan dengan dua album lainnya. Saya mendapat buku album 7 gunung api ditatar Sunda.
0 Response to "Night at Museum Geologi - Bandung "
Post a Comment